Selasa, 28 April 2009

Belajar dari "saudara tua"

Mungkin ada yang pernah membaca artikel tentang teknik berburu monyet di hutan-hutan Afrika, Caranya |
|begitu unik. Sebab, cara itu memungkinkan si pemburu menangkap monyet dalam keadaan hidup-hidup tanpa|
|cedera sedikitpun. Maklum, ordernya memang begitu. Sebab, monyet-monyet itu akan digunakan sebagai |
|hewan percobaan atau binatang sirkus di Amerika Serikat. |
| |
|Cara menangkapnya sederhana saja. Si pemburu hanya menggunakan toples berleher panjang dan sempit. |
|Lalu toples itu diisi dengan kacang yang telah diberi aroma. |
|Tujuannya, agar mengundang monyet-monyet datang. Setelah diisi kacang, toples itu ditanam dalam tanah|
|dengan menyisakan mulut toples dibiarkan tanpa tutup. |
| |
|Para pemburu melakukannya pada sore hari. Esoknya, mereka tingal meringkus monyet-monyet yang |
|tangannya terjebak di dalam botol, tidak bisa dikeluarkan. Kok, bisa? Tentu kita sudah tahu |
|jawabannya. |
| |
|Monyet-monyet itu tertarik pada aroma yang keluar dari setiap toples. Mereka mengamati lalu |
|memasukkan tangan untuk mengambil kacang-kacang yang ada di dalamnya. Tapi karena tangan mereka |
|menggenggam kacang, monyet-monyet itu tidak bisa menarik keluar tangannya. Selama masih |
|mempertahankan kacang-kacang itu, selama itu pula mereka terjebak. Toples itu terlalu berat untuk |
|diangkat. Jadi, monyet-monyet itu tidak akan dapat pergi ke mana-mana! |
| |
|Mungkin kita akan tertawa melihat tingkah bodoh mereka itu. Tapi, tanpa sadar sebenamya kita mungkin |
|sedang menertawakan diri sendiri. Ya, kadang kita bersikap seperti monyet-monyet itu. Kita mengenggam|
|erat setiap permasalahan |
|yang kita miliki layaknya monyet mengenggam kacang. |
| |
|Kita sering mendendam, tak mudah memberi maaf. Tidak mudah melepaskan maaf. |
| |
|Mulut mungkin berkata ikhlas, tapi bara amarah masih ada di dalam dada. Kita tak pernah bisa |
|melepasnya. |
| |
|Bahkan, kita bertindak begitu bodoh, membawa “toples-toples” itu ke mana pun kita pergi. Dengan beban|
|berat itu, kita berusaha untuk terus berjalan. Tanpa sadar, kita sebenamya sedang terperangkap |
|penyakit hati yang akut dan sebenarnya monyet-monyet itu bisa saja selamat jika mereka mau membuka |
|genggaman tangannya. |
| |
|Dan, kita pun akan selamat dari penyakit hati jika sebelum tidur kita mau melepas semua “rasa tidak |
|enak” terhadap siapa pun yang berinteraksi dengan kita. |
| |
|Dengan begitu kita akan mendapati hari esok demikian cerah dan menghadapinya dengan senyum. Dan, kita|
|pun tahu surga itu diperuntukkan bagi orang-orang yang berhati bersih, tulus. |
| |
|"Jadi, kenapa kita masih tetap menggenggam toples-toples itu?"

Tidak ada komentar: