Senin, 25 Mei 2009

[MTSuperClub] MT Golden Moment - I Can't Think Of Any Other Way

MARIO TEGUH GOLDEN MOMENT

I Can’t Think Of Any Other Way

Sahabat Super Members dan Super Fans yang terkasih,

Di luar agak gerimis. Udara Surrey di akhir musim semi ini masih terasa dingin dan segar memenuhi dada. Sebetulnya, sampai di situ saja, sudah cukup bagi siapapun untuk berhenti dan tenggelam dalam puja dan puji kepada Tuhan atas curahan kasih sayang Beliau kepada kita. Tetapi hidup akan lebih bermakna, jika kita justru meneruskan kesibukan didalam kesadaran akan limpahan kasih sayang Tuhan.

Saya sedang memotret sekuntum bunga di taman, saat saya mendengar lantunan lagu dari piano di ruang keluarga, di rumah Curt di Virginia Waters, Surrey. Lagu itu adalah lagu yang sering Ibu Linna mainkan di ruang keluarga kami di Jakarta, dan yang selalu membuat saya berdiri meninggalkan pekerjaan dan mendatanginya, mencium dahinya, dan mengatakan bahwa Ibu Linna memainkannya dengan sangat baik.

Saya masuk ke rumah, dan mendapati Ibu Linna sedang berbincang dengan Curt, Geoff, dan beberapa anggota keluarga lain yang juga datang dari Boston dan Ontario untuk pernikahan Curt. Saya tanyakan apakah tadi Ibu Linna yang memainkan lagu itu, dan ketika dia mengiyakan, saya mencium kening Ibu Linna dan saya katakan, “Thank you Love, it reminds me of home.”

Seorang sepupu dari Boston yang melihat itu, mengatakan “Mario, after all these years you are married to her, you still do that?”

“I can’t think of any other way ...,” saya menjawab sambil kembali ke bunga yang sudah tidak sabar menanti saya di halaman belakang

...........

Sorenya, saat kami berada dalam kereta api menuju Waterloo Station di London, dari Virginia Waters di Surrey – Ibu Linna mengatakan bahwa saudara sepupu tadi mengatakan bahwa kedekatan yang mesra dan penuh kasih seperti itu akan menyebabkan penderitaan yang sangat besar bagi yang ditinggal, jika ada dari salah satu dari kami yang dipanggil Tuhan terlebih dahulu.

Lalu saya tanyakan kepada Ibu Linna, apa jawabannya bagi pernyataan sepupu saya itu.

Ibu Linna menjawab, “Apakah karena ketakutanmu akan penderitaan nanti, membuatmu menghambarkan pernikahanmu hari ini?”

Apakah kalian sedang membiasakan diri untuk tidak mencari dan merasa kehilangan satu sama lain jika tidak bersama dalam keseharian kalian? Apakah setelah terbiasa tidak dekat dan tidak mesra, kalian betul-betul tidak akan merasa kehilangan jika salah satu dari kalian dipanggil Tuhan terlebih dahulu? Apakah kalian sedang membiasakan diri untuk merasa biasa jika salah satu dari kalian hilang?

Apakah pernikahan kalian adalah kebersamaan yang disiapkan untuk merasa biasa saat terpisahkan nanti?

...........

Saya bangga sekali mendengar cerita Ibu Linna tentang jawabannya. Hal seperti ini belum pernah kami bicarakan sebelumnya, tetapi kehidupan kami yang dekat dan penuh dengan pertukaran pengertian – membuat Ibu Linna berbicara seperti sudah menanyakan pendapat saya.

Sahabat-sahabat saya yang terkasih,

Awal dari kelahiran kita, bukanlah pilihan kita. Dan akhir dari kehidupan kita, bukanlah kewenangan kita untuk menentukan. Maka, tugas kita adalah menjadikan waktu antara kelahiran dan akhir kehidupan kita, sebagai keberadaan yang sejahtera, yang berbahagia, dan yang secemerlang mungkin.

Janganlah kekhawatiran kita mengenai masa depan, menjadikan kita pribadi yang sikap, pikiran, dan tindakannya justru akan mewujudkan yang kita khawatirkan.

Tidak mungkin Tuhan yang sangat mengasihi kita, akan membiarkan kita sampai pada akhir yang buruk, jika kita memperhatikan keindahan dari sikap, pikiran, dan tindakan kita dalam keseharian kita.

Ingatlah, bahwa keberhasilan bukanlah hanya akhir dari suatu perjalanan, tetapi terutama adalah kualitas dari perjalanan itu.

Hari ini, bersungguh-sungguhl ah untuk menghadiahkan diri Anda sebagai pengindah kehidupan dari keluarga Anda yang tercinta.

Sampai nanti ya?

Terima kasih dan salam sayang untuk keluarga tercinta dari kami di Amsterdam,

Linna and Mario Teguh
Founders I MTSuperClub I 081-814-2080 I For The Happiness Of Others I Jakarta

Foto: Menara Eiffel, Paris

Kamera: Nikon D5000

Processing in Photoshop

Tidak ada komentar: